Sabtu, 28 Desember 2024

Kadet 1947: Keberanian di Langit Kemerdekaan

Poster Film Kadet 1945 (Foto: @kevinjulio1993)

Film Kadet 1947 ialah karya yang mengangkat sejarah perjuangan para pahlawan muda, khususnya Penerbang dan Kadet (calon perwira) TNI Angkatan Udara mempertahankan kemerdekaan dengan mempertahankan Maguwo (nama pangkalan udara) dalam situasi perang Agresi Militer melawan Belanda. 

Alasan saya memilih film ini untuk diresensi ialah, karena film Kadet 1947 merupakan salah satu film asal Indonesia favorit saya, karena isi filmnya sangat seru dan berkualitas untuk ditonton bagi semua kalangan. Pada tanggal 24 Desember 2021, saya bersama Ayah dan Ibu menghadiri acara “Nobar Film Kadet 1947: Keluarga Besar Denhanud 476 Paskhas” yang berlokasi di CGV Cinemas Plaza Lawu, Madiun. Saya harap dengan meresensi film ini, semakin banyak orang yang tertarik menonton dan menghayati makna yang disampaikan dalam film.

Potret acara "Nobar Film" (Foto: kopasgat.tni-au.mil.id)

Sinopsis Film

Satu tahun setelah menyatakan kemerdekan, Indonesia berunding dengan Belanda untuk memperoleh pengakuan kedaulatan yang berlangsung sengit selama berbulan-bulan. Belanda akhirnya berjanji menarik kembali pasukan mereka. Empat bulan kemudian, tepatnya Juli 1947 Belanda melanggar perjanjian dan melancarkan agresi militer besar-besaran, mulai dari penyerangan ke seluruh pangkalan udara.

Penerbang berlatih simulasi terbang, sedangkan para kadet lanjut membuat pesawat umpan. Saat itu, Belanda sudah mulai bergerak dari arah Tegal. Kadet juga ingin latihan menerbangkan pesawat, tidak hanya sekadar membuat pesawat umpan saja. Akhirnya, mereka menyusup lumbung pesawat dan menemukan satu pesawat yang pompa mesinnya rusak, Sigit teringat bahwa ia pernah menemukan bangkai pesawat di daerah Kesirat yang bertipe sama dengan pompa mesin yang masih bisa digunakan. Kadet akhirnya izin kepada Pak Tjip untuk mengambil pompa bahan bakar disana, namun Pak Tjip belum setuju. Karena keinginan mereka sudah kuat, akhirnya rencana itu tetap dijalankan oleh Adji, Dul, Tardjo, dan Sigit dengan berbagai rintangan dan serangan dari lawan.

Belanda sudah menguasai Semarang dan Salatiga, para penduduk termasuk Asih, kekasih Sigit mengungsi ke Yogyakarta. Pak Tjip dan Pak Karbol diminta berangkat ke Singapura untuk mendapatkan bantuan medis. Sementara itu, Maguwo dipercayakan kepada Pak Halim, Si Black Mascot (Si Jimat Hitam) julukannya, karena telah puluhan kali misi terbang dan selalu membawa pasukan dengan selamat.

Misi pemasangan pompa bahan bakar ke pesawat yang bernama Pangeran Diponegoro akhirnya berhasil. Namun, Pak Halim dan Pak Tjip justru mendisiplinkan para kadet. Pak Tjip memberi hukuman tidak bisa menerbangkan pesawat sampai lulus, hukuman itu membuat kadet saling menyalahkan hingga baku hantam.

Ketika para kadet memeriksa pesawat yang baru mereka betulkan pompa bahan bakarnya, terlihat tetesan cat berwarna merah dari atap lumbung pesawat. Mul dan rekan-rekannya bergegas memindahkan awak pesawat, tetapi sudah terlambat, awak pesawat Pangeran Diponegoro secara terpaksa direlakan hancur, kejadian itu menggugurkan 15 orang termasuk Kardi, lainnya mengalami luka-luka.

Tinggal tersisa 4 pesawat latihan, yang akan diterbangkan oleh Mul, Har, Sigit, dan Adji untuk menyerang markas Belanda yang berada di Semarang. Sayangnya, pesawat yang hendak ditumpangi Adji ada kendala, ia pun hanya bisa bantu memantau rekan-rekannya dari darat. Pergerakan kadet di udara mulai diserang balik oleh Belanda dengan tembakan yang bertubi-tubi. Gudang logistik di Semarang, Salatiga, dan Ambarawa berhasil dihancurkan. Kabar yang dinanti-nanti akhirnya tiba, para kadet menyelesaikan misi dengan baik dan dapat kembali ke Maguwo dengan selamat.

Serangan udara 29 Juli 1947 merupakan operasi udara pertama dalam sejarah yang menjadi pernyataan eksistensi Republik Indonesia dan tersiar hingga dunia internasional. Keberanian para kadet menginspirasi seluruh pemuda di setiap lini untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan. Agresi militer Belanda I berakhir pada 5 Agustus 1947.

Keunggulan

  1. Cerita yang menyentuh hati. Film Kadet 1947 mengusung genre yang jarang diangkat di ranah perfilman, yakni tentang sejarah dan perang. Alur cerita tidak membosankan sama sekali, secara keseluruhan mudah dipahami dan membuat penonton seperti ikut merasakan langsung situasi yang terjadi dalam film.
  2. Penggarapan visual dan produksi film yang patut diapresiasi. Tampilan film sudah sangat baik dan tambahan filter ala vintage menyesuaikan masa 40-an. Kostum dan properti juga mendukung, apalagi para pemeran film yang didandani dengan baju lusuh terkena noda, wajah yang kusam, serta rambut yang berantakan menjadi nilai plus tersendiri.
  3. Akting pemeran film yang mengesankan. Para pemeran dengan natural dapat menunjukkan emosi, ekspresi, dan gestur tubuh secara maksimal. Selain itu, diselingi juga adegan komedi yang menghibur di tengah kegentingan aksi perang.
  4. Memberikan banyak informasi seputar kronologi sejarah, pesawat, dan detail perjuangan melawan Belanda. Film ini sangat bermanfaat dan bisa dijadikan alternatif media belajar yang menyenangkan, karena dapat menambah ilmu baru yang sebelumnya belum diketahui.
  5. Menumbuhkan jiwa patriot dan nasionalis penonton. Film Kadet 1947 sudah pasti memuat nilai perjuangan untuk negeri tercinta. Penonton bisa lebih menghargai jasa para pahlawan bangsa dan semakin bangga terhadap tanah air.
  6. Soundtrack yang memperkuat suasana. Musik latar dalam film ini mampu mempertegas ketegangan dalam adegan pertempuran, sekaligus menghadirkan rasa haru pada momen-momen tertentu.

Kelemahan

  1. Dialog antar pemeran terkadang terasa kaku. Beberapa dialog terkesan kurang luwes dan menggunakan bahasa yang terlalu baku, terutama dialog kepada rekan sendiri yang lebih baik menggunakan bahasa yang lebih santai.
  2. Unsur percintaan yang sedikit berlebihan. Kisah percintaan antara pemeran Sigit dan Asih menurut saya terlalu sering disorot, walaupun hal ini bisa mempermanis film agar tidak monoton.
  3. Editan efek film masih belum maksimal. Contohnya, ledakan bom di markas Belanda seharusnya bisa lebih besar dan menyala, di dalam film editannya terlalu biasa dan kurang menggelegar.

Pesan Moral

  1. Kejujuran itu di atas segalanya. Pesan ini bermakna bahwa mengungkapkan hal yang benar itu tak ternilai harganya, sekalipun akan membahayakan dan menyakitkan.
  2. Jangan pernah dirimu berlindung di balik ragu, maka lebarkan sayapmu dan terbanglah. Pesan ini bermakna bahwa kita harus berani terus melangkah dengan penuh keyakinan.
  3. Tekad dan keinginan yang kuat terhadap sesuatu dapat diwujudkan apabila diiringi dengan usaha serta doa yang sungguh-sungguh.
  4. Berperang sepenuhnya atau berpulang sepenuhnya. Pesan ini bermakna bahwa hidup itu tentang pilihan, antara maju mencapai keberhasilan atau mundur kemudian gagal.
  5. Mengajarkan untuk meningkatkan kebersamaan dan solidaritas antara rekan seperjuangan dalam menggapai mimpi.

Kadet 1947 adalah film yang penuh makna. Film ini sangat direkomendasikan, cocok bagi semua kalangan, dan memberikan wawasan positif yang berharga. Generasi muda di Indonesia seharusnya mencontoh keberanian pahlawan yang telah berjasa. Meski ada beberapa kekurangan kecil, film ini tetap mampu menyampaikan pesan nasionalisme dengan cara yang memukau. Bagi penggemar film peperangan dan pengabdian kepada negara, Kadet 1947 adalah pilihan film yang paling tepat untuk ditonton!

Sabtu, 21 Desember 2024

Resensi Novel Janji di Tepi Laut Kaspia Karya Dewi Sumardi

Novel Janji di Tepi Laut Kaspia Karya Dewi Sumardi

        Novel Janji di Tepi Laut Kaspia merupakan novel genre romantis yang mengajarkan pembaca bahwa cinta itu tidak semata-mata tentang kebahagiaan, tetapi harus melewati berbagai masalah saat menjalaninya, dan pandai-pandailah dalam menjaga ego untuk mempertahankan suatu hubungan yang sehat.

        Alasan saya memilih novel ini untuk diresensi ialah karena novel Janji di Tepi Laut Kaspia memiliki banyak pesan moral yang terkandung, desain sampulnya yang cantik, juga tentunya cerita yang disuguhkan sangat menarik. Semoga setelah melakukan resensi, novel ini dapat lebih dikenal oleh khalayak umum dan tulisan blog saya bisa bermanfaat.

Sinopsis

Sungguh Damar tak mau tebelenggu dengan perasaan itu, tapi ternyata tak mudah membuang nama Wulan dari benaknya. Terlalu banyak kisah kasih yang sulit terhapus dari memorinya.

Dunia nyatanya memang bersama Retnowati, yang telah memberinya dua malaikat kecil serta pengabdiannya sebagai istri yang luar biasa.

Tapi entahlah, ada dunia lain yang masih ingin dikejar oleh Damar. Dunia masa lalu yang masih ingin ia miliki. Ia menyimpan perasaan itu dan membawanya ke mana pun ia pergi.

Ketika semuanya berubah, tepi Laut Kaspia di Kota Baku, Azerbaijan menjadi saksi janji setianya.

Novel Janji di Tepi Laut Kaspia mengisahkan perjalanan cinta tokoh utama yang bernama Damar dari masa sekolah hingga masa tuanya. Damar Aji Setyawan merupakan seorang pria yang memiliki kisah cinta yang terbilang rumit. Saat SMA, Damar berpacaran dengan Wulan yang merupakan sahabat rumahnya, mereka sudah akrab sedari kecil. Keduanya, menjalin hubungan asmara hingga Damar melanjutkan studi kuliahnya di Bandung dan mengharuskan mereka untuk LDR (Long Distance Relationship).

Tiba-tiba muncul sosok Martina, ia merupakan salah satu murid Damar di bimbingan belajar sekaligus adik dari teman sekampus Damar. Bodohnya Damar, ia justru terjerat cinta Martina dan meninggalkan kepercayaan Wulan, kekasihya di Semarang. Ternyata, Martina hanya menjebak Damar untuk membuat mantan kekasihnya cemburu dan kembali lagi kepadanya.

Menginjak umur 30-an, Damar dijodohkan dengan Retnowati, gadis yang lebih muda sepuluh tahun darinya. Pernikahan Damar dengan Retnowati telah membuahkan dua keturunan, Nataya dan Miko. Namun, selama pernikahan mereka, Damar masih terbayang-bayang sosok Wulan yang merupakan cinta pertamanya. Menginjak usia pernikahan ke-10, Retnowati mengalami kecelakaan dan harus meninggalkan Damar dan kedua anaknya.

Martina yang sebenarnya masih menyimpan rasa kepada Damar, berusaha menjebak kedua kalinya, kini Martina ingin memiliki Damar seutuhnya. Setelah Damar dan Martina menikah, rupanya Martina tidak bisa menjadi istri dan ibu yang baik bagi Damar dan kedua anaknya. Usia pernikahan yang masih seumur jagung, akhirnya harus kandas, karena Martina main belakang dengan pria lain. Seketika, Damar langsung menceraikan Martina.

Ketika Damar dan anak-anaknya pulang ke kampung halaman, disana ada Wulan yang juga sedang mudik bersama kedua anaknya. Hubungan mereka menjadi dekat kembali, lalu keduanya disarankan menikah oleh orang tua mereka, karena ternyata masih saling menyimpan perasaan yang sama. Damar dan Wulan pun menikah, bagaikan cinta lama bersemi kembali. Setelah banyaknya angin ribut yang menghalangi perjalanan cintanya, Damar akhirnya menemukan ketenangan setelah sekian lama tidak ia dapatkan.

Keunggulan

  1. Cover buku yang sederhana namun elegan, nyaman dipandang, dan memberikan ilustrasi yang mendetail. Cover buku yang didominasi dengan warna putih, dilengkapi ilustrasi pasangan yang romantis berlatarbelakang pemandangan indah di tepi Laut Kaspia, Kota Baku, Azerbaijan. Paduan gambar dan pemilihan warna yang sepadan, membuat cover buku ini terlihat manis dan sesuai dengan isi cerita di dalam novel. Selain itu, pemilihan jenis font yang sangat cocok, memberikan kesan aesthetic, sehingga tidak sedikitpun mengurangi eksistensi dari cover buku itu sendiri.
  2. Memberikan banyak informasi tentang budaya, suasana, wisata, sejarah, dan gambaran jelas seputar latar tempat yang termuat dalam novel. Penulis menyelipkan informasi yang menurut saya sangat bermanfaat dan sekaligus mendapatkan stok ilmu yang sebelumnya belum pernah diketahui oleh pembaca. Bahkan, pembaca seperti sedang diajak jalan-jalan oleh penulis dan menjadi penasaran ingin mengunjungi ke tempatnya langsung.
  3. Menggunakan bahasa yang puitis dan mudah dipahami. Penulis menggunakan narasi yang indah dan dapat menggugah emosi pembaca selama menikmati alur cerita.
  4. Tema dalam novel yang yang diangkat cukup relateable. Mengusung pergulatan batin seseorang yang selalu dihantui oleh kisah cintanya di masa lalu, sementara harus mengabdi dengan cintanya di masa sekarang, serta berbagai ujian orang ketiga yang selalu menghampiri. Hal demikian adalah tema universal yang bisa dirasakan banyak orang.
  5. Novel ini dicetak di atas kertas yang berwarna krem kekuningan. Sehingga, menjadi nilai plus tersendiri dibandingkan novel yang dicetak dengan kertas yang berwarna putih bersih, karena menambah kenyamanan pandangan mata pembaca saat mengikuti jalan cerita.

Kelemahan

  1. Alur cerita cenderung lambat. Novel ini, diceritakan dengan diselipkan penjelasan yang menurut saya kurang diperlukan, misalnya penggambaran suasana yang terlalu dideskripsikan secara rinci. Hal ini, sebetulnya dapat mengecoh perhatian pembaca karena alur dapat teralihkan. Bagi pembaca yang menginginkan cerita dengan ritme cepat, bisa merasa bosan ketika membacanya.
  2. Kesalahan tata bahasa yang kurang sesuai kaidah kebahasaan. Contohnya, ditemukan paragraf yang tidak menjorok masuk ke dalam, ditemukan istilah asing yang tidak dimiringkan, ditemukan konjungsi untuk mengawali suatu kalimat, ditemukan kekeliruan penggunaan huruf kecil dan huruf kapital, serta ditemukan kesalahan penulisan/typo.

Pesan Moral

  1. Jika hendak memulai suatu hubungan dengan orang baru, alangkah lebih baik selesaikan terlebih dahulu kisah cinta yang lampau.
  2. Sebagai manusia harus memiliki prinsip, jangan mudah terkena godaan lawan jenis yang ujung-ujungnya akan menghancurkan hidup kita.
  3. Kesetiaan adalah hal yang harus dipertahankan, meskipun masa lalu sering menggoda untuk kembali.
  4. Perbanyak bersyukur, nikmati apa yang sudah dimiliki atau akan menyesal di kemudian hari, karena kesempatan tidak akan datang dua kali.

            Novel Janji di Tepi Laut Kaspia adalah novel yang penuh makna dan emosi. Paduan antara narasi yang puitis, latar cerita yang mengesankan, konflik batin yang mendalam, serta perjalanan tokoh menghadapi kisah cintanya yang begitu rumit menghasilkan cerita yang memikat pembaca. Bagi penggemar cerita romantis yang penuh dengan konflik dan berbagai persoalannya, buku ini layak untuk dibaca. Menurut saya, novel ini sangat recommended dan cocok menemani pembaca di saat membutuhkan hiburan selain bermain ponsel. Novel ini banyak memberikan pelajaran tentang kehidupan, terutama perihal percintaan yang ternyata tidak seindah dan semulus realitanya.

Kadet 1947: Keberanian di Langit Kemerdekaan

Poster Film Kadet 1945 (Foto: @kevinjulio1993) Film Kadet 1947 ialah karya yang mengangkat sejarah perjuangan para pahlawan muda, khususnya...